Henry Le Chatelier menyatakan bahwa jika suatu sistem dalam keadaan kesetimbangan kimia mengalami gangguan, maka sistem tersebut akan mengalami pergeseran guna menyesuaikan diri agar dapat mempertahankan kondisi setimbang dengan dampak gangguan yang seminimal mungkin. Pendapat ini dikenal sebagai prinsip atau asas Le Chatelier. Prinsip ini menyatakan bahwa jika terjadi gangguan terhadap sistem kesetimbangan dinamis, maka sistem akan menyesuaikan diri dengan bergeser menuju kesetimbangan baru agar dampak perubahan tersebut bisa diminimalkan. Beberapa aksi yang dapat menimbulkan perubahan pada kesetimbangan kimia, yaitu konsentrasi,
Pengaruh Konsentrasi
Perubahan konsentrasi dapat memengaruhi kesetimbangan reaksi. Perubahan konsentrasi dapat dilakukan dengan cara menambah atau mengurangi konsentrasi pereaksi.
Contoh: A (g) + B (g) ⇄ C (g) + D (g)
Jika konsentrasi zat A dan zat B ditambahkan ke dalam sistem, kesetimbangan akan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi zat C dan zat D akan bertambah sampai tercapai kesetimbangan yang baru. Jika konsentrasi zat A dan zat B diperkecil dalam sistem, kesetimbangan akan bergeser ke kiri sehingga konsentrasi zat A dan zat B akan bertambah sampai tercapai kesetimbangan yang baru.
Pada Sistem kesetimbangan heterogen di dalam larutan, kondisi zat padat adalah tetap. Oleh karena itu, perubahan konsentrasi zat padat dalam sistem kesetimbangan tidak berpengaruh terhadap pergeseran kesetimbangan. Pada sistem kesetimbangan heterogen yang menyangkut fase gas, sistem kesetimbangan hanya dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi komponen yang berwujud gas sehingga komponen yang berwujud padat dan cair konsentrasinya tetap. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
- Jika konsentrasi zat pereaksi ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat hasil.
- Jika konsentrasi zat pereaksi diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat pereaksi.
- Jika konsentrasi zat hasil ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat pereaksi.
- Jika konsentrasi zat hasil diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat hasil reaksi.
Pengaruh Suhu
Kesetimbangan reaksi dapat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu di luar sistem. Hubungan antara suhu dan sistem kesetimbangan kimia dirumuskan oleh Van’ t Hoff (1852-1911). Van’ t Hoff menyatakan bahwa jika dalam sistem kesetimbangan suhu ruang dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm). Sebaliknya, jika dalam sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang mengeluarkan/melepaskan kalor (eksoterm).
Reaksi ke kanan adalah eksoterm, yaitu zat A dan B melepaskan/membebaskan kalor untuk membentuk zat C dan D. Sementara itu, reaksi ke kiri adalah endoterm, yaitu zat C dan D menerima/menyerap kalor untuk membentuk zat A dan B. Pada sistem kesetimbangan heterogen, perubahan suhu sama dengan pada sistem kesetimbangan homogen sehingga perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh wujud zat pada sistem kesetimbangan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
- Jika suhu sistem dinaikkan, maka kesetimbangan bergeser ke reaksi endoterm (menyerap panas)
- Jika suhu sistem diturunkan, maka kesetimbangan bergeser ke reaksi eksoterm (melepas panas)
Pengaruh Tekanan
Hallo sobat Equi ☺️ untuk menambah kemampuan pemahaman kamu, coba amati animasi di bawah ini ya 🫣
Reaksi:
2NO2 (g) ⇄ N2O4 (g)
Reaktan (kiri): 2 molekul gas NO2 Produk (kanan): 1 molekul gas N2O4 Ketika tekanan diperbesar, menurut prinsip Le Chatelier, sistem akan menyesuaikan diri untuk mengurangi tekanan. Cara sistem mengurangi tekanan adalah dengan menggeser kesetimbangan ke arah yang jumlah partikel gasnya lebih sedikit. Karena jumlah molekul gas di sebelah kanan (produk, N2O4) lebih sedikit daripada di sebelah kiri (reaktan, NO2), maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
Zat-zat yang berwujud gas akan dipengaruhi oleh tekanan. Perubahan tekanan akan menimbulkan pergeseran kesetimbangan bila jumlah mol gas sebelum dan sesudah reaksi berbeda.
Contoh: 2A (g) + B2 (g) ⇄ 2AB (g)
Jika tekanan diperbesar, kesetimbangan bergeser ke arah AB dan jika tekanan diperkecil, kesetimbangan bergeser ke arah A dan B. Apabila dalam sistem kesetimbangan jumlah koefisien reaksi antara ruas kanan dan kiri sama,maka perubahan tekanan dan volume tidak memengaruhi letak kesetimbangan.
Contoh:
H2 (g) + I2(g) ⇄ 2HI (g)
N2 (g) + O2 (g) ⇄ 2NO (g)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
- Jika tekanan dinaikkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah jumlah koefisien gas terkecil (jumlah mol gas terkecil)
- Jika tekanan diturunkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah jumlah koefisien gas terbesar (jumlah mol gas terbesar)
Pengaruh Volume
Perubahan volume pada kesetimbangan bergantung pada komponennya. Pada kesetimbngan yang komponennya gas, pengaruh perubahan volume merupakan kebalikan dari pengaruh perubahan tekanan.
Pada reaksi homogen:
Contoh: AB (g) ⇄ A (g) + B (g)
Apabila volume diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah gas A dan B. Sedangkan bila volume diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah gas AB.
Pada reaksi heterogen:
Contoh: C (s) + CO2 (g) ⇄ 2CO (g)
Jika volume diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah gas CO. Sedangkan jika volume diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah gas CO2. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
- Jika volume sistem dinaikkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah jumlah koefisien terbesar
- Jika volume sistem diturunkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah jumlah koefisien terkecil
Nah, biar kamu makin jago memahami arah pergeseran kesetimbangan dan faktor yang memengaruhinya, yuk uji pemahamanmu lewat soal di bawah ini!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar